14.6.11

Aku-kamu. Dulu-sekarang.

Dulu kita bercanda riang. Bercerita ini-itu. Berceloteh apa saja, yang tak penting sekalipun. Pernah tertawa hingga menangis, dan menangis lalu tertawa. Dunia waktu itu terlalu sempit hanya untuk menampung segudang kisah aku-kamu-kita.

Lalu dunia ingin kita belajar. Bukan..bukan.. Tak ada lagi kita. Dunia ingin aku belajar. Dunia ingin kamu belajar. Dunia ingin aku-kamu belajar.

Siang berganti malam. Malam berganti siang. Selalu begitu, selalu begitu. Semoga aku-kamu juga akan selalu begitu. Semoga matahari tetap menjadi poros kita berputar. Taip ternyata tidak. Siangku bukan siangmu. Malammu bukan malamku. Lalu kapan kita bertemu lagi?

Di senja itu, aku-kamu bertemu lagi.
“Hai!”
“Apa kabar?”
“Baik. Kamu?”
“Baik juga.”

Dulu sekali celotehan itu cuma basa-basi bodoh yang bikin mau mati bosan. Sekarang aku lebih mengerti tentang penghargaan waktu akan berartinya sebuah kesempatan. Hari ini obrolan kita sudah tak semenarik dulu. Arusnya sudah tak semengalir dulu. Ibaratnya sungai, yang kita punya ini sudah mandek-dek-dek. Airnya sudah tidak bisa mengalir dan bahkan bisa bikin banjir.

Waktu telah mencuri semuanya. Mencuri apa yang paling berharga: perjalanan kita. Andaikata kamu adalah pelari sprint yang nyaris sampai finish, akan ada dua kutub dalam hati ini. Aku senang karena kau akhirnya akan menang, tapi aku sedih karena aku bukanlah orang yang hadir dalam arena balapmu itu.

Tapi tak apa. Cobalah kemari. Mari mengobrol lagi. Aku akan berusaha semampuku mengembalikan semua yang telah hilang. Duduklah di sini, berceritalah ini-itu, aku siap mendengarkan ini-itu pula. Tapi nyatanya obrolan kita sudah berbeda ya. Sudah canggung. Sudah terlalu banyak kisah yang sama-sama kita lewatkan.

Tapi tak apa. Cobalah kemari. Duduk manis lagi. Kenang saja masa-masa indah dulu. Saat kita pernah menjadi aku-kamu-kita. Kenanglah semua rindu itu. Mungkin hanya kerinduan itu yang akan mencairkan. Tak usah pikirkan hari ini atau besok yang cuma bisa bikin bingung.

Coba saja kenang manis kemarin, dan itu sudah sangat cukup.



 "...dan kembali sang waktu membuang sauhnya, berhenti disana. Dan kembali mendapatkan dirinya tertambat dalam ruang dan waktu yang membeku, tempat segala kenangan tentang mereka berdua dikristalkan..."
-Perahu Kertas, deelestari-

No comments:

Post a Comment