Showing posts with label Childhood. Show all posts
Showing posts with label Childhood. Show all posts

16.2.13

Doraemon




"Aku ingin begini, aku ingin begitu.
Ingin ini, ingin itu.
Banyak sekali.."
-Doraemon, si kartun sepanjang masa-

Padahal memang mungkin manusia itu ga boleh serakah, 
harus bisa pilah-pilih mana yang memang diinginkan. 
Bahkan belum tentu si ini-itu juga yang digariskan Tuhan, kan?
Makanya kantong Doraemon itu cuma ada dalam imajinasi :) 


22.6.12

Nostalgia

nos-tal-gia
a wistful desire to return in thought or in fact to a former time in one’s life, to one’s home or homeland, or to one’s family and friends; a sentimental yearning for the happiness of a former place or time.
(“Those Good Old Days” Art Exhibition - Galeri Kita, Bandung)



Aku sukaaaa sekali bermain boneka BP (Bongkar Pasang) a.k.a paperdoll. Setiap Mang Kélénéng (sebutanku untuk penjual mainan keliling yang menjajakan mainan-mainannya dengan gerobak yang didorong :p) lewat di depan rumah, aku pasti membeli mainan boneka kertas ini. Setelah pulang sekolah, aku akan bermain dengan tetangga dengan membawa koleksi boneka kertas masing-masing lalu saling bertukar baju. Kami belajar berbagi :)  


Yang selalu teringat adalah setiap kali aku bermain Mario Bross aku jarang menang, seringnya kehabisan nyawa lalu kalah. Mungkin aku memang tidak berbakat bermain game semacam ini. Tapi tetap saja aku semangat kalau diajak main ini. Aku tidak jago, tapi aku tidak juga pantang menyerah! :D


  Teman-teman lelakiku suka sekali membawa segepok kartu-kartu bergambar monster-monster aneh. Mereka berdiskusi, bertukar, dan kadang melakukan ‘adu toss’ kartu-kartu mereka. Aku selalu terheran-heran apa sih serunya. Satu-satunya yang membuatku tertarik dari kartu-kartu itu hanyalah warna-warni gambarnya. Dan kadang menonton mereka bermain sambil berteriak-teriak pun lumayan menarik, tapi tetap saja aku tidak mengerti maksud permainannya. 

Hai! Kalau kamu lelaki, boleh jelaskan padaku? :)


Aku juga dulu suka membawa Diary ke sekolah, saling bertukar biodata dengan kawan-kawan. Sampai sekarang aku masih menyimpan beberapa buku harian yang berisi biodata teman-teman masa kecilku. Hmm apa mereka juga masih menyimpan biodataku ya, apa mereka juga masih ingat apa makanan dan minuman favoritku? Haha. Dimanapun mereka berada sekarang , pokoknya salamaniselaluntukmu :)


Amigos X Siempre itu telenovela paling seru, lebih seru daripada Rosalinda, Paulina, ataupun Marimar. Dulu aku paling pantang melewatkan 1 episode pun dari kisahnya. Aku ingat betul waktu itu aku masih berada di sekolah sampai sore lalu aku dan teman-teman berbondong-bondong menonton episode terakhir telenovela ini di televisi penjaga sekolah. Sampai segitunya loh :p


Asyik ya kalau punya baling-baling bambunya Doraemon, bisa terbang keliling komplek sama teman-teman sepermainan, bisa terbang kesana-kemari. Kalau sekarang saya masih boleh berandai-andai: andai Doraemon kasih 1 baling-baling bambunya, aku akan terbang melesat ke tempat yang kumau supaya terhindar dari jalanan kotaku yang semakin macet. 


 Dan Sailormoon adalah kartun favoritku sewaktu kecil, bahkan mungkin sampai sekarang pun dia tetap menjadi idolaku. Kenapa bukan Batman, Superman, atau Robinhood? Entahlah, mungkin sedari kecil jiwa feminisku sudah ada, dan berkata “wah, Sailormoon hebat ya, dia perempuan tapi kuat melawan musuh-musuhnya, aku juga mau seperti dia!” Maka sampai sekarang aku masih berandai-andai apa jadinya ya kalau aku punya ‘kekuatan bulan’ seperti Sailormoon, apakah aku akan sanggup berteriak: “Dengan kekuatan bulan akan menghukummu!


 Ini hanya sedikit dari kisah masa kecilku yang selalu ingin aku susuri kembali. Seru sekali saat mendapati diri masuk lagi ke dalam labirin waktu yang jauh berada di belakang tapi tetap selalu teringat karena saking manisnya. Selamat bernostalgia dengan kisah dan waktumu masing-masing! :D

7.6.12

#holidayproject 1: Recycle Cover

Sewaktu kecil, bahagia adalah sesederhana membeli jajanan-jajanan seperti ini :’)


Daripada dibuang sayang, dan supaya memori manisnya tetap melekat di hati,
maka saya membuat ini.


Umur saya boleh tak semuda dulu,
tapi semoga bahagianya tetap terangkum disini :’)

22.3.12

20.1.12

Paper Doll!










I love paper doll, I love my sweet childhood.
You can get this paper doll in here, and let's play together! :D

13.12.11

Mainan Anak-anak

Pernah menjadi kanak-kanak, kan? Dunia yang indah, begitu polos, lugu, dan penuh tawa. Satu-satunya manis yang dirasa adalah wujud cinta ayah-ibu lewat sebuah mainan. Bayangkan mainan itu adalah wujud cinta edisi muda, versi bocah ingusan. Mainan yang dibelikan banyak sekali, dari mulai mainan plastik murah meriah yang dijual pedagang keliling hasil rengekan pada ibu, sampai mainan bagus keluaran supermarket yang ayah hadiahkan di hari ulang tahun. Tapi semuanya nampak sama saja, tak ada beda. Di mata anak kecil yang masih tak tahu dunia ini, semua sama: mainan ya pemenuh rasa cinta.


via weheartit

Tapi diantara yang banyak dan sama itu trnyata ada yang menjadi pusat perhatian curahan cinta. Pernah punya mainan kesayangan? Saat kamu tak pernah melewatkan satu episode permainan pun tanpa mainan itu. Kamu sombong pada teman-teman komplek tentang hebatnya si mainan. Dan saat si teman jahil ingin mencoba mainanmu, kamu tepis tangan itu sambil berteriak kesetanan. Si jahil lalu berubah menjadi si cengeng. Lalu entah mengapa, kamu akhirnya ikut merengek juga.

Dan mengadu pada ibu, “Aku cuma ngga mau dia rusak mainanku yang paling bagus!”

Dengan bijaknya ibu menasihati sambil menenangkan seraya mengusap air mata yang mengalir sederas ingus lalu yang bercampur membuat rasa asin di lidah. Kok asin? Menangis itu tidak enak ya. Isakan dengan bahu naik-turun membuat lelah. Lebih baik membeli es krim. Lebih enak.
Sambil makan es krim, ibu bilang,”Jangan bertengkar lagi ya, itu kan temanmu. Mainan kalau rusak bisa beli yang baru.”
Orang dewasa suka seenaknya, tidak mengerti. Tapi lelehan es krim rasa vanilla di mulut serta angin semilir membuat semua kejadian dramatisasi tadi terlupakan. Lenyap sekejap.

via weheartit

Tik tok tik tok…

Waktu bergulir. Mainan itu sudah usang. Tapi masih tetap yang tersayang. Semakin hari semakin takut. Bukan lagi karena khawatir direbut oleh teman sepermainan, tapi karena usangnya seiring waktu berlalu. Takut sekali. Mungkin sudah waktunya mainan itu masuk ke tempat sampah. Ah, sedih sekali membayangkannya! Tak tega. Bukannya ayah tak mampu membelikan yang baru, bahkan yang lama pun masih ada, bertumpuk. Tapi hanya tak ingin yang tersayang  ini rusak. Masih ingin selalu membuat permainan dengan tokoh utama yang sama. Hanya tak ingin yang satu ini rusak. Cukup itu. Sesederhana itu. Tapi siapa yang bisa mengendalikan? Terlalu sering dimainkan jadi mudah rapuh. Dan hari ini mainan kesayangan positif rusak. Tumpahlah tangisan mebanjiri hari-hari. Rengekan tak penting mungkin menurut orang dewasa.

Tapi ibu masih peduli, lalu bilang, “Sudah, nak, jangan menangis lagi. Nanti kita beli yang baru. Atau nanti kalau kamu sudah besar, kamu bisa punya mainan apapun yang kamu mau, yang lebih bagus.”

via weheartit

Anak kecil tahu apa. Dibilang begitu, muncullah tekad mencari mainan yang tahan banting, tak lekang oleh zaman, yang bisa menemani setiap saat. Mainan paling bagus di seluruh dunia. Sesederhana itu.

25.11.11

Terima Kasih Guruku :)



Pagi ku cerah ku matahari bersinar
Kugendong tas merahku dipundak

Selamat pagi semua kunantikan dirimu
Di depan kelas mu menantikan kami

Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku

Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku

Nyatanya diriku kadang buatmu marah
Namun segala maaf kau berikan

5.9.11

Perkenalkan!



Perkenalkan... Nama saya Dinda Ramadhanty Gunawan, yang di sebelah saya itu adalah adik saya. Orang-orang sering salah mengeja nama tengah saya, baik pengucapan maupun penulisan. Ada yang pernah bilang: Ramadanty, Ramadhanti,Ramadhani, Ramandanthi, Ramandhenty, bahkan hanya kurang huruf ‘H’ atau keliru antara huruf ‘Y’ dengan huruf ‘I’ di belakang pun saya tidak suka. Saya eja sekali lagi ya: R-A-M-A-D-H-A-N-T-Y . Seperti pada kata bulan ramadhan lalu buntutnya ditambah ty, jadilah ramadhanty. Tidak sulit bukan?

Perkenalkan… Nama saya Ilham Muhammad Ramdhan Gunawan, yang di sebelah saya itu adalah kakak saya. Orang-orang juga sering salah melafalkan nama saya. Tapi hanya berubah dari ramdhan menjadi ramadhan, kelebihan huruf ‘A’. Lebih mudah untuk meralat dibandingkan dengan kakak saya, untungnya.

Kami kakak-beradik yang terpaut 5 Ramadhan. Ya, kami sama-sama terlahir ke dunia ini pada bulan Ramadhan. Kembali lagi pada esensi perkenalan kami. Sakhespeare bilang: apalah arti sebuah nama? Jelas berarti. Nama adalah doa, dan terutama itu adalah harapan yang dipanjatkan oleh orang tua tercinta. Interaksi pertama di hari lahir yang akan terbawa sampai kami mati lagi. Yang pasti, orang tua kami punya maksud tertentu dengan membubuhkan kata ramadhanty  serta ramdhan, dan bukan cuma ramadhan tok, pada nama kami. Yang pasti, orang tua kami menyisipkan kata bernuansa ramadhan itu bukan cuma sekedar untuk mengenang hari lahir kami, bukan cuma sekedar untuk mengenang bulan suci dan bulan penuh berkah itu di setiap dirgahayunya kami. Orang tua kami mungkin bukan berharap anaknya sesuci bulan ramadhan, manalah ada manusia sempurna? Tapi mungkin orang tua kami mendoakan supaya anaknya lahir ke muka bumi ini dengan penuh berkah, dan menjalani hidupnya dengan selalu berusaha membawa keberkahan. Maka tetaplah doakan kami, karena kami selalu menyandang nama itu, dan kami juga selalu berusaha.

Perkenalkan sekali lagi… Nama saya Dinda. Nama saya Ilham. Cukup itu saja, tak apa, karena kami lelah menginterupsi.

1.8.11

Mosque and Their Activities

mosque and their activities
made by me, on 2002

mosque and their activities 2
made by me, on 2002

10.7.11


GO GO POWER RANGERS!
HARUS KUAT KAYAK POWER RANGERS!